Mimpiku terbangunkan oleh pagi
di hari kamis, bergegas ku bersiap untuk sekolah. Teras depan rumah, ya aku ingat dia
pernah duduk di sini bercanda tawa saat kita masih akrab dulu. Ah..ku alihkan
pikiran ku, papah telah menunggu untuk segera berangkat.
Terbayang akan bunga tidur semalam, untuk kedua kalinya dia
singgah di mimpiku. Entah pertanda apalagi ini. Mimpi yang sebelumnya sempat jadi nyata, membuat hari-hariku berbeda. Tapi... mimpi tadi seperti sebuah
petunjuk, mimpi itu memberikan ku dua pilihan jalan menuju tempat yang sama,
yaitu hatinya. Dimana ada jalan yang mulus nanjauh dan bahkan memerlukan waktu
yang
lama untuk menempuhnya, atau jalan yang
sebenarnya dekat dan cepat namun sangat terjal dan berbahaya."Gin, lanjut
naik angkutan ajah
yah," suara papah membuyarkan lamunanku, ternyata sudah
setengah jarak dari sekolah. Ku
sambung dengan menumpang
angkutan umum.
Udara terasa lebih dingin, bukan..bukan karena angin yang berhembus dari sela jendela,
Mungkin dari sela hatiku yang hampa setelah dia berpaling.
Padahal masih terngiang jelas rayuannya mengalahkan bising klakson lampu merah Cadas. Pemandangan jalan ini membawa ku
kembali pada saat itu, saat dia mengantar ku pulang. Mengapa hatiku tak kau pulangkan juga?
Lama-lama
terasa aneh, hingga ku menyadari hanya tinggal aku penumpang
yang ada di angkutan ini. Tak
pikir panjang ku langsung turun, karena sedari tadi tak memperhatikan jalan,
aku jadi kebingungan diperparah aku berada di persimpangan jalan. Harus kemana aku? akhirnya
ku beranikan diri untuk bertanya pada seorang pria paruh baya yang sedang
menjajakan dagangannya. "Permisi bapak, ini daerah apa yah?,” tanyaku,
"atuh tanah merah
neng, kenapa tah ?" jawabnya dengan logat kental sepatan, "kalo SMAN
11 dimana ya pak?" tanyaku lagi, "wkwkwkhahahah jih si eneng aneh jasaaa, tinggal lurus aja
geh ikutin jalan ini jah" jawabnya sambil menahan tawa. Yah.. Mungkin
beliau heran ada anak berseragam asal sekolahnya menanyakan sekolahnya sendiri, sama herannya dengan
memiliki hati tapi masih bertanya siapa yang menghuni. "Makasih pak," ku akhiri dan
melanjutkan dengan berjalan kaki. Lima menit lagi masuk, tapi ada pepatah bijak berkata
'lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali' apa pepatah itu berlaku
untuk kita?, apa masih lebih baik jikalau aku terlambat pergi darimu?,
dari pada tak melakukan apa-apa. Lamunanku terhenti lagi, kali ini karena telah sampai di gerbang sekolah yang langsung terdengar bel masuk, berlari-lari kecil ku menuju
kelas. Tak sengaja ku berpapasan dengan dirinya
yang lagi-lagi sedang menggenggam surat dispen, hem.. bakal jadi hari yang panjang nih.
Jam
istirahat, pelajaran BK tadi membuatku berpikir. "Setiap orang sudah ada jalannya masing-masing," tutur pak Masruri.Pertemuan kita mungkin hanyalah jalan yang bersinggungan, atau
aku hanyalah halte baginya. Langkah kaki menuntunku ke tempat paling sejuk di
sekolah ini, mushola. Segarnya
air wudhu menyadarkan bahwa aku masih punya cinta yang pasti dan maha dahsyat, yang kadang terabaikan. Ketika hendak kembali ke kelas, ketiga
temanku dari kelas lain menawarkan produk hasil TPP (Teknologi Pengolahan Pangan)
mereka. "Jus manggah.. " lirih ku sebut produk itu yang sekarang berada di tanganku. Ku rasakan jus mangga ini tak senikmat
jus mangga waktu itu, waktu meminum bersamanya. Ya ampun.. aku lupa hari ini kan puasa,
andai aku pun semudah itu lupa dirinya.
Pelajaran kimia dimulai,
oh no otak ku mulai berasap. Aku dan dia ternyata ibaratkan larutan nonelektrolit
yah.. yang tidak dapat menghantarkan listrik untuk menghidupkan
sang lampu (cinta) atau sekedar menghasilkan gelembung (harapan). KBM selesai,
tak ingin cepat beranjak pulang dan sekarang aku berada di suatu tempat dimana
dia bagai milikku. Walau masing-masing dari kami telah ada yang memiliki, tetapi di sinilah surga kami. Namun tidak lagi, tidak sekarang, tidak juga nanti,
hanya dahulu saja. Tak luput ku putar hits
galau sebagai pelengkap penderitaan, yang setiap liriknya mengantar ku pada setiap
peristiwa yang pernah kami lewati
saat ‘masih’ berdua. Sang
senja pun seakan iba pada ku, dengan sedikit acuh ku balas susuri petang ini.
Melangkah menjauh dari bangku penantian menuju portal perhentian. Meninggalkan
halte yang tak pernah mendatangkan kereta itu, kereta yang terlalu cepat
berlalu.
Kali
ini ku biarkan ia berlinang,
tak ku seka atau sekedar menengadah. Ku ijinkan pula angin malam menyapa tajam rambutku
yang terurai lunglai. Kembali
ku putar video kami, lucu sekali yah kita dulu berkejar-kejaran bagai ombak di
Tanjung kait, tapi sekarang kita hanyalah seperti air kolam di depan kelas ku,
yang tak berdebur dan menyimpan banyak rahasia di balik kekeruhan. Pandanganku seketika teralih pada tanaman
di sudut balkon yang ku senderi, kering layu tetapi tetap tumbuh. begitu juga kah cinta? bila ku nekat pertahankan
cinta yang
tertanam di hati ini, maka ia akan cacat karna tumbuh menderita. Namun jika ku cabut dan pangkas habis, ia akan meninggalkan bekas luka. Padahal ini baru tahun pertamaku ditingkat
yang lebih tinggi, masih harus bertahan dua tahun lagi. Terlebih akan se-kelas terus sampai
lulus, se-forum rapat keorganisasian,
se-tim olimpiade. Walau tak se-hati (lagi).
Oh
my god! besok kan ada tes olimpiade. Segera ku kembali ke
meja belajar, perlahan ku buka buku ini selembar
demi selembar. Hingga jemariku berhenti pada suatu halaman
di buku ini, ada tulisan tangannya yang jail. Aaargghtt…!! Konsentrasi ku buyar.
Mungkin aku terlalu lelah dengan
semua kejadian di hari ini yang
membuat ku termenung dan merenung. Jika memang perasaan ini tak
bisa hilang.. setidaknya aku
dapat untuk sekedar lupa. Dengan begitu tak perlu susah payah ku akhiri, ku hanya sedang berdamai dengan menunda.
Ku
rebahkan tubuh kurus ini, dan coba menjawab mimpi itu. Jadi sudah mantap ku putuskan, aku tak memilih kedua jalan
yang terdapat dalam mimpi itu, melainkan memilih jalan
alternatif ku sendiri, yaitu mengabaikan perasaanku padamu, seperti yang kau lakukan."YaTuhan, kuserahkan semua padaMu, biarkanlah dia yang menjadi intermezzo di perjalanan hidupku menjemput ridhaMu tapi jangan Kau biarkan dia hadir lagi di
setiap malamku. Berilah petunjukMu dan rahmatilah hamba", itu doaku malam
ini, esok malam, dan malam seterusnya, hingga semua terijabah. Terpejam mataku,
dengan sedikit terbesit, semoga esok ia dispen kembali, dispen dari hasratku,
untuk sekian waktu, ku mohon.