Kamis, 05 Maret 2015

kuli'ah

Hari ini tanganku menyentuh langit-langit sebuah bangunan setinggi 6 meter,
sedang kedua kaki berpijak pada rangka baja.
Jemariku menggenggam erat perkakas seberat kurang lebih 3 kg.
Hanya hati yang masih saja bungkam,
tak pernah terbesit sama sekali untuk hal ini. menginginkanpun tidak.
Mempertaruhkan nyawa seharga tali temali yang membelit tubuh.
Sesekali mata menyebar pandang pada kawan-kawan, yang bersama merakit rangka dan melilit tali, untuk mendoktrin diri masing-masing bahwa hasil rakitan dan belitan ini adalah jaminan.
Hampir-hampir tak ada yang ku peroleh selain letih, tegang, dan linglung, untuk apa melakukan hal yang tak pernah diinginkan bahkan cendrung berbahaya, konyol.
Hingga pada satu titik dalam keletihanku, hati beranjak dari bungkam.
Ada hal yang terlewat, bukankah bukan cuma aku yang melakukan ini. bahkan banyak orang yang menjadikan ini sebagai profesi dan ladang nafkah.
Mempermainkan nyawa di atas sana, seolah nyawa beratnya hanya sepersebagian dari berat perkakasnya sendiri.
Setidaknya hari ini pula aku belajar harga mati buruh kuli.
Dibalik bangunan super megah nan elit, ada tangan-tangan kusam penuh luka yang menggantungkan asa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar